TEMPO.CO, Jakarta Anas Urbaningrum dituding oleh M. Nazaruddin sebagai dalang proyek pusat pelatihan atlet di Bukit Hambalang, Sentul, Jawa Barat. Duit dari proyek Hambalang disebut oleh Nazar digunakan Anas untuk memenangi pemilihan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung pada 2010.

Mei 2009

Nazar, Anas, Dudung Puwadi, dan M. El Idris dari PT Duta Graha Indah menggelar pertemuan di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan. Pertemuan membahas proyek Hambalang.

1 Oktober 2009
Anas ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Demokrat di DPR pada 2009-2014.

Desember 2009
Di pengadilan, Nazar mengaku dipanggil Anas dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Demokrat. Nazar diminta berkoordinasi dengan Angelina Sondakh, selaku koordinator anggaran di Komisi Olahraga DPR, dan Mahyuddin, Ketua Komisi Olahraga.

Awal 2010
Rapat di Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng diikuti Nazar, Mahyuddin, dan Angie. Hasil pertemuan disampaikan kepada Anas.

Januari 2010
Anas meminta Nazar mempertemukan Angie dengan Mindo Rosalina Manulang, Direktur Marketing PT Anak Negeri. Keduanya diharapkan bekerja sama menggarap proyek Hambalang.
Mindo Rosalina melaporkan hasil pertemuan kepada Anas.

Februari 2010

Anas meminta Nazar memanggil Ignatius Mulyono, anggota Komisi Pemerintahan DPR, dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto untuk mengurus tanah Hambalang. Joyo disebut ikut melancarkan penerbitan sertifikat tanah Hambalang yang bermasalah.

April 2010
Nazar mengatakan, Anas menyebut pemenang proyek Hambalang adalah PT Adhi Karya, bukan PT Duta Graha Indah. Alasannya, PT Duta Graha tidak mampu membantu Anas membiayai Kongres Demokrat sebesar Rp 100 miliar.

>>23 Mei 2010
Anas terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat.


Berbagai sumber (Diolah) | EVAN | AGUSSUP