29 Februari 2012

Diversifikasi Pangan Salah Kaprah


ALI KHOMSAN

Hari Selasa adalah hari tanpa nasi bagi masyarakat Depok, Jawa Barat. Bisakah diversifikasi konsumsi pangan dipaksakan melalui peraturan pemerintah?

Kenyataan menunjukkan, ketaatan masyarakat terhadap pemimpin formal atau peraturan pemerintah saat ini bersifat semu. Berbagai contoh pelanggaran dengan mudah bisa dijumpai. Sebutlah produsen tahu yang banyak memakai formalin tanpa sanksi hukum meski jelas melanggar UU Pangan.

Ketidakpatuhan terhadap berbagai aturan yang bersifat kasatmata, seperti pelanggaran aturan lalu lintas, pungli di jalan raya, dan korupsi terang-terangan dari tingkat atas sampai bawah, adalah potret keseharian bangsa. Mengapa pula soal makan nasi harus diatur pemerintah?

Di Jepang, anak-anak usia TK diperkenalkan dengan diversifikasi pangan melalui menu makan di sekolah. Tidak setiap hari nasi disajikan sebagai makanan di sekolah sehingga sejak usia dini telah tertanam di benak bangsa Jepang bahwa makan tidak berarti harus bersua nasi dan merasa kenyang dengan pangan lain.

Sesungguhnya prasyarat penting keberhasilan diversifikasi pangan adalah membaiknya kesejahteraan. Masyarakat menengah atas mengonsumsi nasi dalam jumlah lebih sedikit karena menu makannya tidak lagi didominasi nasi. Mereka punya pilihan sumber protein dan lemak, termasuk buah, sehingga mengurangi tekanan permintaan beras.

Ketika tamu-tamu di hotel berbintang di Jatim disuguhi sarapan pagi nasi jagung, banyak di antara mereka yang mengatakan enak. Nasi jagung dan nasi singkong bisa dibuat dalam bentuk butiran seperti beras, tetapi ketidaktersediaan di pasar menyebabkan masyarakat mengonsumsi kedua sumber karbohidrat ini sebagai cemilan, bukan pangan pokok pengganti beras.

Peran budaya

Kami, tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), telah mengkaji masyarakat Kampung Cirendeu-Cimahi yang mengonsumsi beras singkong (rasi) sejak 1924. Penelitian yang dibiayai oleh Neys-van Hoogstraten Foundation the Netherlands ini menunjukkan pentingnya peran budaya dalam mempromosikan pola pangan rasi sebagai pengganti beras.

Pemimpin informal masyarakat Cirendeu memberi contoh langsung untuk tidak makan nasi dan menyosialisasikan alasan mengapa mereka lebih baik makan rasi. Pola makan nonberas pun bisa terus dipertahankan.

Masyarakat Indonesia adalah konsumen beras utama dunia. Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, produksi beras setiap tahun senantiasa berpacu dengan jumlah penduduk.

Pada era Orde Baru, para pegawai negeri sipil (PNS) mendapat jatah beras 20 kilogram per anggota rumah tangga. Ini sering dituding sebagai penyebab semakin banyaknya orang yang suka beras, termasuk PNS di wilayah timur Indonesia, yang dulunya mungkin makan sagu, ubi jalar, atau jagung. Kini, kebijakan pembagian beras sudah dihentikan, tetapi masyarakat telanjur cinta beras.

Kebijakan zaman reformasi lain lagi. Pemerintah membagi-bagikan beras untuk orang miskin dengan harga sangat murah. Akibatnya, masyarakat miskin tetap memilih beras dan tidak menghiraukan pangan sumber karbohidrat lain yang murah.

Ketidakkonsistenan dalam promosi diversifikasi pangan juga dicerminkan oleh kurangnya kepedulian jajaran pertanian terhadap pangan umbi-umbian. Penyuluh pertanian sering lebih berkonsentrasi kepada petani sawah yang memproduksi beras. Para penyuluh ini tentu tidak sepenuhnya bersalah karena mereka juga ingin menyukseskan swasembada beras. Namun, semua ini membuat kita semakin tidak peduli terhadap pangan sumber karbohidrat nonberas.

Yang penting praktik

Sosialisasi pentingnya diversifikasi pangan kadang bersifat hangat-hangat tahi ayam. Pada Hari Pangan, Hari Gizi Nasional, atau peringatan Hari Kemerdekaan diadakan lomba menu nonberas. Setelah lomba selesai, tamat pula diversifikasi pangan. Kita lupa bahwa diversifikasi pangan yang sebenarnya adalah gerakan yang terus-menerus disuarakan dan dipraktikkan dalam pola makan bangsa.

Oleh karena itu, melalui pendidikan sejak usia dini seperti di Jepang dan gerakan masyarakat melalui Tim Penggerak PKK diharapkan diversifikasi pangan kembali ke hakikatnya. Urusan makan nasi atau tidak makan nasi tidak perlu diatur pemerintah. Semakin banyak aturan, semakin pintar pula bangsa kita mencari celah untuk melanggar. Kalau pemerintah melarang makan nasi, kita makan lontong.

Diversifikasi adalah kesadaran yang ditunjang oleh kesejahteraan dan keteladanan. Maka, segera entaskan orang miskin, atasi pengangguran, dan ciptakan lapangan kerja. Energi kita selama ini banyak terkuras untuk kasus-kasus korupsi dan premanisme. Padahal, masih ada urusan yang tak kalah penting, yaitu problem ketahanan pangan dan kedaulatan pangan***


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/29/11260178/Diversifikasi.Pangan.Salah.Kaprah

Mengapa Hanya Kasus Dhana yang Diusut?

Publik sudah mulai lupa dengan kisah Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, mantan pegawai pajak golongan IIIA, yang baru berusia 32 tahun, tetapi kekayaannya lebih dari Rp 100 miliar. Kekayaan Gayus diduga dari pemberian pihak lain terkait jabatannya.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pun mengingatkan publik bahwa masih banyak ”Gayus-Gayus lain” di negeri ini. Pada pertengahan 2011, PPATK melaporkan kepada penegak hukum adanya 294 orang yang dicurigai melakukan pencucian uang. Dari jumlah itu, 174 orang atau 59,5 persen terindikasi korupsi.

Dari jumlah itu, 148 orang atau 50,3 persen berstatus pegawai negeri sipil. Sebanyak 18 orang menjabat bupati, wali kota, dan gubernur; polisi/TNI 29 orang; dan anggota legislatif 20 orang. Berdasarkan kelompok umur ternyata 63 orang berusia di bawah 40 tahun.

Saat menyampaikan informasi itu, Kepala PPATK M Yusuf meminta komitmen penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kejaksaan, dan kepolisian untuk menindaklanjuti laporan itu dengan memulai penyelidikan dan penyidikan sehingga kasusnya bisa dituntaskan.

Dua bulan berselang, ternyata belum juga ada perkembangan yang dilakukan penyidik atas laporan PPATK mengenai rekening gendut PNS muda.

Tiba-tiba publik dikejutkan dengan penetapan Dhana Widyatmika (37), mantan pegawai pajak, sebagai tersangka kasus korupsi oleh Kejaksaan Agung. Kekayaan Dhana yang disebut-sebut mencapai puluhan miliar rupiah diduga dari pemberian pihak lain terkait jabatannya sebagai pegawai pajak.

Namun, anehnya penyelidikan dan penyidikan terhadap Dhana bukan didasarkan atas laporan PPATK, melainkan dari laporan masyarakat. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Noor Rachmad memastikan kasus Dhana pertama kali dilaporkan oleh masyarakat.

Yusuf menegaskan, Dhana tak termasuk dalam daftar 63 PNS muda yang dilaporkan PPATK kepada penegak hukum. ”Belum ada laporan tentang yang bersangkutan,” kata Yusuf.

Timbul pertanyaan, mengapa kasus Dhana yang sumbernya dari laporan masyarakat bisa ditindaklanjuti secara serius oleh penegak hukum, tetapi laporan PPATK tidak? Padahal, laporan PPATK bisa dibilang sudah ”jadi”. Penyidik tak perlu repot-repot menemukan tindak pidananya. Tinggal periksa tersangkanya dan ikuti aliran dananya, semua fakta akan terungkap.

Selain sumber laporan, ada beberapa hal lain yang juga tidak lazim dalam kasus Dhana, yakni menyangkut tindak pidana yang dilakukan dan nilai uang yang disita kejaksaan.

Noor Rachmad mengatakan, penyidik telah menyita uang, sertifikat tanah, surat berharga, emas, sebuah mobil mewah, dan memblokir rekening milik Dhana. Anehnya, kejaksaan tidak mau menyebut berapa nilainya.

Kejaksaan juga tak kunjung mengungkapkan apa sebenarnya yang dilakukan Dhana sehingga ia jadi tersangka kasus korupsi. Kejaksaan hanya mengatakan, bisa saja Dhana menerima suap, memeras, atau menerima gratifikasi. Kejaksaan juga terkesan masih menyembunyikan pihak lain yang diduga menyuap atau memberikan sesuatu kepada Dhana terkait jabatannya.

Apa pun yang dilakukan penyidik, masyarakat berharap kasus ini bisa dituntaskan. (M Fajar Marta)


Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2012/02/29/0556350/Mengapa.Hanya.Kasus.Dhana.yang.Diusut

28 Februari 2012

Karena Geng Motor Jadi Bibit Gangster

Geng motor kini mulai diberangus polisi. Di sejumlah daerah, anggota geng motor diburu dan ditangkapi. Mereka digelandang ke kantor polisi dan dijebloskan ke bui -- menunggu proses hukum. Mereka diburu dan ditangkapi karena sering berulah laiknya pelaku kriminal.

Bagi masyarakat, tindakan polisi memberangus geng motor ini sungguh melegakan. Karena itu pula, tindakan polisi diharapkan bukan dilakukan hanya di sejumlah daerah, melainkan serentak dan menyeluruh meliputi segenap wilayah yang selama ini menjadi ajang kegilaan geng motor.
Harapan itu tidak berlebihan karena selama ini ulah geng motor sudah sangat meresahkan. Di berbagai daerah, mereka sudah begitu sering mempertunjukkan keberingasan dan kebrutalan sebuah kelompok: memalak, menganiaya, meneror, merampok, bahkan membunuh orang. Semua itu mereka lakukan acap tanpa sebab jelas atau bahkan tanpa alasan sama sekali.
Ulah geng motor memang sudah kelewatan. Mungkin karena selama ini kepolisian seolah absen melakukan penindakan. Kalaupun dilakukan, penindakan itu cenderung sporadis atau kasuistis. Selebihnya, dalam menghadapi ulah geng motor, tindakan polisi terkesan lembek. Paling tidak, tindakan polisi tidak benar-benar menjadi shock treatment.
Karena itu, seperti di Pekanbaru, Riau, Minggu lalu, geng motor bahkan berani menyerang institusi kepolisian secara brutal. Sebagai wujud tekanan atau teror agar pimpinan mereka yang meringkuk di sel polisi dibebaskan, mereka menghancurkan bangunan kantor Mapolresta Pekanbaru. Mereka juga memorak-porandakan sejumlah kendaraan dan gedung-gedung sekitar mapolresta.
Itu jelas merupakan petunjuk bahwa geng motor sudah tak menghargai sama sekali institusi kepolisian penegak hukum. Bagi mereka, institusi kepolisian pun sudah mereka perlakukan sebagai bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa -- dan karena itu tak dihadapi dengan rasa hormat, segan, atau apalagi gentar.
Walhasil, fenomena geng motor sudah amat meresahkan. Keresahan masyarakat yang mereka timbulkan sudah serius. Ibarat penyakit, geng motor bukan lagi sekadar bisul, melainkan sudah merupakan kanker stadium lanjut.
Karena itu, fenomena geng motor bukan lagi sekadar masalah kenakalan remaja. Fenomena geng motor sudah merupakan masalah kriminal sehingga tak cukup lagi dihadapi dengan sikap toleran atau lembek. Fenomena geng motor, seperti juga keberadaan kelompok-kelompok lain yang biasa berperilaku kriminal, wajib dihadapi dengan sikap tegas dan lugas. Atas nama ketertiban dan ketenteraman umum, polisi wajib memberangus keberadaan mereka tanpa keluar koridor hukum.
Memang, umumnya geng motor terdiri atas anak-anak remaja. Tetapi, sekali lagi, ulah mereka selama ini sudah acap tidak bisa lagi digolongkan sekadar kenakalan remaja. Ulah mereka adalah perilaku kriminal. Bahkan dalam sejumlah kasus yang membuat orang waras bergidik, ulah mereka sudah merupakan perilaku gangster.
Karena itu, meski terdiri atas anak-anak remaja, jelas keberadaan geng motor dengan tabiat kriminal ini tak bisa lagi dihadapi dengan sikap penuh mafhum dan lembek. Bahkan sikap tersebut sangat berbahaya karena bisa membuat anak-anak remaja yang berhimpun dalam geng-geng motor tumbuh menjadi sosok-sosok dengan watak mafia laiknya dalam film-film gangster. Adalah menyedihkan sekaligus merisaukan jika kehidupan kemasyarakatan bukan lagi berpijak pada tertib sosial, melainkan dikendalikan oleh kelompok-kelompok gangster.
Bagaimanapun kenyataan serupa itu tak boleh terjadi di Indonesia ini. Karena itu, geng motor -- sejauh tetap menunjukkan gelagat sebagai penyemaian bibit-bibit gangster -- memang tak layak diberi ruang untuk hidup. Mereka kudu diberangus hingga ke akar-akarnya.***

Jakarta, 28 Februari 2012

Siapa Saja Penerima Duit Nazar?

:Duit M. Nazaruddin tak hanya mengalir ke kantong Anas urbaningrum saja. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu menggelontorkan duit ke Andi Mallarangeng sebesar US$ 200 ribu. Kata Yulianis, bekas Wakil Direktur Keuangan Grup Permai milik Nazaruddin, uang itu ditarik Nazar dari perusahaannya pada 5 Mei 2010, dua pekan sebelum Kongres Partai Demokrat.

"Aneh uang itu untuk Andi Mallarangeng," kata Yulianis ke Tempo, 23 Februari 2012. "Sebab yang saya tahu, Pak Nazar penyokong Anas Urbaningrum."

Ternyata tidak hanya Anas dan Andi saja yang kecipratan duit Nazar. Edhie Baskoro Yudhoyono diduga mendapat duit bancakan sebesar US$ 200 ribu. “Ini untuk Mas Ibas,” kata Nazaruddin seperti ditirukan Yulianis. “Hah? Mas Ibas putranya Pak SBY, Pak?” Yulianis bertanya. Nazar, kata Yulianis, mesam-mesem mendengar pertanyaannya.

Lewat Mindo Rosalina Manulang, anak buahnya, Nazaruddin juga pernah menyumbang Rp 150 juta untuk kubu Andi Mallarangeng. Yulianis tahu soal ini sebab ia pula yang mengeluarkan duit Rp 150 juta dari brankas Grup Permai. Menurut Yulianis, ketika itu Rosa juga meminta Rp 100 juta untuk disumbangkan ke kubu Anas. Permintaan Rosa ditolak Nazaruddin sebab sumbangan untuk Anas bakal ditangani langsung Grup Permai.

Dengan semua pengeluaran itu, Yulianis mencatat nama Andi Mallarangeng dan Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai penerima duit Grup Permai. “Saya tidak tahu apakah uang itu sampai ke Pak Andi atau Mas Ibas,” kata Yulianis. Yang jelas, kata dia, dari brankas Grup Permai, duit langsung diserahkan ke tangan Nazaruddin.

Andi Mallarangeng sendiri menyatakan tak tahu-menahu soal aliran duit Nazaruddin. “Saya tak percaya. Tapi kalau ada info seperti itu, saya juga mau tahu, kepada siapa diberikan, kapan, dan di mana,” ujarnya. Dihubungi lewat staf ahlinya, Bonggas Adi Chandra, Edhie Baskoro tak merespons. Ketika kabar ini pertama kali tersiar, pada Juli 2011, Ibas membantah pernah menerima duit Nazaruddin.

ANTON SEPTIAN | CORNILA DESYANA

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/02/29/063386988/Siapa-Saja-Penerima-Duit-Nazar

Para Miliader ala Pegawai Pajak

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kasus mafia pajak tak habis-habisnya terbongkar dalam dua tahun terakhir. Pegawai rendah Kantor Pajak ketahuan menimbun duit hingga miliaran rupiah. Ada yang kasusnya dihentikan karena tak terbukti.

Gayus Tambunan

# Pangkat: III-A
# Jabatan: Bagian Penelaah Keberatan di Seksi Banding dan Gugatan Direktorat Pajak
# Gaji: Rp 12,1 juta per bulan
# Tabungan dalam rekening: Rp 25 miliar
# Modus: Selama 2007-2009, bekerja sama dengan sejumlah konsultan pajak membantu "mengurus" proses banding ke pengadilan pajak.
# Garapan: 21 perusahaan, tiga di antaranya perusahaan tambang batu bara milik tokoh politik.
# Kasus:
- Terjerat kasus penyuapan terhadap sejumlah polisi.
- Terjerat kasus korupsi dan gratifikasi.
- Terjerat kasus pemalsuan paspor karena pelesiran saat ditahan.
- Terjerat kasus penyuapan petugas penjara karena pelesiran saat ditahan.
# Status kasus: Divonis tujuh tahun penjara dan menghadapi vonis lainnya.

Bahasyim Assifie

# Jabatan: Bekas Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Jakarta VII
# Gaji: Rp 20 juta per bulan
# Total uang dalam rekening: Rp 61,1 miliar, yang terdiri atas rekening Sri Purwanti, istrinya, Rp 35 miliar plus US$ 1 juta; kedua anaknya, Winda Arum Sari dan Riyanti Irianti, masing-masing Rp 19 miliar dan Rp 2,1 miliar.
# Harta lainnya:
- Rumah di daerah Pancoran, Jakarta Selatan, yang diperkirakan senilai Rp 1,5 miliar
- Rumah di Jalan Cianjur, Menteng, Jakarta Pusat, senilai Rp 25 miliar
- Rumah di kompleks Mas Naga, Bekasi, Jawa Barat, senilai Rp 1 miliar
- Tanah 12 hektare di Cimanggis, Depok
# Kasus:
- Menyalahgunakan wewenangnya sebagai Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
- Meminta uang Rp 1 miliar kepada wajib pajak bernama Kartini Mulyadi, salah satu Komisaris PT Tempo Scan.
- Melakukan pencucian uang dengan modus memindahkan harta ke beberapa rekening miliknya serta milik istri dan anak-anaknya.
- Status kasus: divonis 12 tahun penjara.

Denok Taviperiana

# Pangkat: III-D di Direktorat Jenderal Pajak
# Total harta: Rp 5,5 miliar, dalam bentuk deposito Rp 3 miliar. Polis asuransi jiwa dengan premi tunggal senilai Rp 1 miliar pada 2007.
# Modus: Diduga menerima suap.
# Status Kasus: Dihentikan

Dhana Widyatmika

# Pangkat: III-C
# Jabatan: Dinas Pajak DKI Jakarta
# Total Harta dalam rekening: Rp 60 miliar. Berbisnis jual-beli mobil.
# Kasus: Diproses Kejaksaan Agung dan menjadi tersangka.

NASKAH dan BAHAN: ATMI PERTIWI | SUKMA

SUMBER: PDAT dan Berbagai Sumber (Diolah)

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/02/28/063386839/Para-Miliarder-ala-Pegawai-Pajak

Pil Pahit Kenaikan BBM

Siap tidak siap, masyarakat harus menerima kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dalam waktu dekat ini sebagai kenyataan. Pemerintah, seperti kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tidak punya lagi pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi - karena harga minyak mentah di pasar global terus meningkat signifikan, sehingga kondisi fiskal pun menjadi tidak sehat akibat beban subsidi kian membengkak.

Alasan itu bisa dipahami, meski terasa pahit. Pahit karena kenaikan harga BBM subsidi jelas berdampak mendongkrak inflasi. Artinya, daya beli masyarakat niscaya terkikis akibat harga aneka barang dan jasa ikut-ikutan bergerak naik seiring perubahan harga BBM subsidi. Terlebih jika kenaikan harga BBM subsidi ini terbilang amat signifikan.
Karena itu, setelah nanti harga BBM subsidi resmi dinaikkan, pemerintah wajib melakukan aneka upaya yang berdampak membantu menjaga daya beli masyarakat tidak terkikis terlalu dalam akibat digerus inflasi. Dalam konteks ini, efektivitas anggaran makin relevan dan makin urgen ditingkatkan. Proyek-proyek yang sekadar menyedot banyak anggaran, semisal renovasi gedung-gedung pemerintah atau penggantian barang-barang inventaris para pejabat, wajib diseleksi ketat.
Jika nyata-nyata tidak urgen dan apalagi tidak relevan, proyek-proyek seperti itu layak disingkirkan atau minimal ditunda hingga kondisi benar-benar memungkinkan. Adalah tidak lucu, di satu sisi rakyat dipaksa berkorban menanggung beban kenaikan harga BBM subsidi beserta dampak ikutannya yang tak terelakkan, tapi di sisi lain anggaran negara justru tetap saja banyak terkuras oleh proyek-proyek yang tidak relevan dan tidak urgen bagi kepentingan khalayak luas.
Sejalan dengan itu, proyek-proyek yang berdampak nyata mendorong produktivitas ekonomi masyarakat luas, entah langsung maupun tidak langsung, patut diperbanyak. Proyek-proyek infrastruktur, misalnya, harus memperoleh prioritas pengadaan ataupun sekadar perbaikan. Terlebih lagi masalah infrastruktur ini sudah sejak lama menjadi faktor yang begitu nyata menghambat produktivitas ekonomi nasional, entah karena telanjur banyak rusak atau karena belum tersedia.
Masih dalam kerangka efisiensi anggaran, berbagai pemborosan dan kebocoran harus bisa lebih ditekan. Dalam konteks ini, birokrasi pemerintahan harus bisa dibuat makin sehat dan produktif. Berbagai praktik yang cenderung sekadar menyedot anggaran, sementara manfaat nyata bagi kepentingan rakyat nyaris nol, mesti diberangus. Perjalanan dinas, misalnya, patut lebih diseleksi dan lebih disesuaikan dengan tingkat urgensinya.
Selama ini, patut diakui, perjalanan dinas di lingkungan birokrasi pemerintahan acap terkesan menjadi ajang pakansi. Ya, karena urgensinya amat rendah: entah menyangkut personal yang berangkat ataupun menyangkut objek yang melatari perjalanan dinas. Bahkan ditengarai perjalanan dinas ini juga acap direkayasa menjadi proyek fiktif.
Di sisi lain, dampak inflatoar kenaikan BBM subsidi ini perlu benar-benar disiasati agar tidak telak-telak menghempaskan daya beli masyarakat. Untuk itu, berbagai aspek yang selama ini membuat industri manufaktur menanggung ekonomi biaya tinggi harus bisa dihilangkan. Aneka pungutan yang tidak perlu atau bahkan liar wajib diberangus. Sanksi tegas terhadap oknum pemerintahan yang membuat industri manufaktur terkondisi menanggung ekonomi biaya tinggi mutlak kudu dikenakan. Dengan demikian, kenaikan harga BBM subsidi bisa diharapkan tidak kelewat besar mendongkrak harga aneka barang dan jasa.
Dengan langkah-langkah seperti itu, kenaikan harga BBM subsidi tidak terasa seperti pil yang kelewat pahit dan tidak pula memabukkan. Artinya, kenaikan harga BBM bisa diharapkan tidak sampai memicu keresahan atau apalagi kerusuhan sosial yang niscaya merusak sendi-sendi kehidupan bersama.***

Rekening Gendut Pegawai Pajak

Direktorat Jenderal Pajak sungguh menjadi lumbung duit bagi karyawan yang nekat memperkaya diri. Para pegawai di direktorat itu seperti berlomba mengumpulkan harta haram dalam rekening pribadi, simpanan istri, dan anggota keluarga lainnya.

Banyak contohnya. Gayus Tambunan, pegawai Ditjen Pajak golongan III A, menjadi salah seorang miliarder kesohor. Kini Gayus mendekam di bui karena dihukum Mahkamah Agung 12 tahun penjara.

Contoh lain, mantan pegawai pajak yang mempunyai rekening besar ialah Bahasyim Assifie. Bahasyim memiliki rekening sebesar Rp64 miliar. Mahkamah Agung menghukumnya 12 tahun penjara.

Hukuman terhadap Gayus dan Bahasyim tidak membuka mata karyawan Ditjen Pajak lainnya. Buktinya kini muncul lagi nama Dhana Widyatmika. Karyawan Ditjen Pajak itu telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung karena rekeningnya mencurigakan.

Duit sekitar Rp60 miliar tersimpan di rekeningnya. Awalnya Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencurigai rekening obesitas itu. Sebagai pegawai negeri sipil golongan III C, rekening buncit Dhana sungguh mencengangkan.

Rekening itulah yang kemudian dilaporkan ke Kejaksaan Agung.

Kasus rekening gendut karyawan Ditjen Pajak itu bisa membuat warga yang taat membayar pajak kehilangan kepercayaan kepada negara. Untuk apa orang jujur membayar pajak kalau yang tidak jujur justru diuntungkan dan dilindungi?

Buktinya, hingga sekarang tidak ada satu pun pihak yang menggendutkan rekening Gayus dan Bahasyim yang masuk penjara.

Kepercayaan wajib pajak pun bisa kian tergerus karena sejak meletus kasus Gayus, Ditjen Pajak belum juga menemukan mekanisme pengawasan internal untuk mencegah pengerukan uang rakyat oleh karyawan Ditjen Pajak. Kasus Dhana menunjukkan karyawan Ditjen Pajak masih leluasa melahap uang pajak untuk memperkaya diri dan kerabat.

Kasus dugaan penggelapan pajak oleh Dhana juga dengan jelas menunjukkan program remunerasi tidak berpengaruh bagi integritas, moral, dan produktivitas pegawai negeri sipil. Padahal, program remunerasi justru pertama kali dilakukan di Ditjen Pajak pada 2007.

Program remunerasi pertama kali diterapkan di Ditjen Pajak, tentu saja dengan pertimbangan matang. Penerimaan negara terbesar bersumber dari pajak yang dalam APBN 2012 mencapai Rp1.032 triliun. Jumlah itu naik 18,21% jika dibandingkan dengan pada 2011 yang mencapai Rp872,6 triliun.

Karena itu, aparat pajak haruslah benar-benar orang jujur.

Kita tidak ingin berprasangka buruk bahwa banyak karyawan Ditjen Pajak terlibat mafia. Namun, kita juga perlu mengingatkan bahwa mafia tidak bekerja sendirian. Dia seperti gurita.

Kasus Dhana jelas dan tegas menunjukkan mafia pajak belum sepenuhnya diungkap dan diberantas. Karena itu, jangan salahkan publik jika beranggapan masih banyak sindikat pajak gentayangan di Ditjen Pajak.***


Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/28/301651/70/13/Rekening-Buncit-Pegawai-Pajak

Injil Kuno Kabarkan Kedatangan Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pemerintah Turki telah mengkonfimasi sebuah injil kuno yang diprediksi berusia 1500 tahun. Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.

Bahkan Alkitab rahasia ini memicu minat yang serius dari Vatikan. Paus Benediktus XVI mengaku ingin melihat buku 1.500 tahun lalu. Sebagian orang memprediksi Injil ini adalah Injil Barnabas, yang telah disembunyikan oleh Turki selama 12 tahun terakhir.

Menurut mailonline, injil yang ditulis tangan dengan tinta emas itu menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa yang dipercayai digunakan Yesus sehari-hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan penerus kenabian setelah Yesus.

Injil kuno berusia 1.500 tahun ini bersampu kulit hewan, ditemukan polisi Turki selama operasi anti penyeludupan di tahun 2000 lalu. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum Etnografi di Ankara, Turki.

Sebuah fotokopi satu halaman dari naskah kuno tulisan tangan Injil ini dihargai 1,5 juta poundsterling. Menteri Budaya dan Pariwisata Turki, Ertugrul Gunay mengatakan, buku tersebut bisa menjadi versi asli dari Injil. Dan sempat tersingkir akibat penindasan keyakinan Gereja Kristen yang menganggap pandangan sesat kitab yang memprediksi kedatangan penerus Yesus.

Gunay juga mengatakan Vatikan telah membuat permintaan resmi untuk melihat kitab dari teks yang kontroversial menurut keyakinan Kristen ini. Kitab ini berada diluar pandangan iman Kristen sesuai Alkitab Injil lain seperti Markus, Matius, Lukas dan Yohanes.


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/28/m01lyq-allah-akbar-injil-kuno-ini-kabarkan-kedatangan-rasulullah

Gangster Geng Motor


Geng motor kini mulai diberangus polisi. Di sejumlah daerah, anggota geng motor diburu dan ditangkapi. Mereka digelandang ke kantor polisi dan dijebloskan ke bui -- menunggu proses hukum. Mereka diburu dan ditangkapi karena sering berulah laiknya kriminal.
      
Bagi masyarakat, tindakan polisi memberangus geng motor ini sungguh melegakan. Karena itu pula, tindakan polisi diharapkan tak dilakukan hanya di sejumlah daerah, melainkan serentak dan menyeluruh meliputi segenap wilayah yang selama ini menjadi ajang kegilaan geng motor.
      
Harapan itu tidak berlebihan karena selama ini ulah geng motor sudah sangat meresahkan. Di berbagai daerah,  mereka sudah begitu sering mempertunjukkan keberingasan dan kebrutalan sebuah kelompok: memalak, menganiaya, meneror, merampok, bahkan membunuh orang. Semua itu mereka lakukan acap tanpa sebab jelas atau bahkan tanpa alasan sama sekali.
      
Ulah geng motor memang sudah kelewatan. Mungkin karena selama ini kepolisian seolah absen melakukan penindakan. Kalaupun dilakukan, penindakan itu cenderung sporadis atau kasuistis. Selebihnya, dalam menghadapi ulah geng motor, tindakan polisi terkesan lembek. Paling  tidak, tindakan polisi tidak benar-benar menjadi shock treatment.
      
Karena itu, seperti di Pekanbaru, Riau, Minggu lalu, geng motor bahkan berani menyerang institusi kepolisian secara brutal. Sebagai wujud tekanan atau teror agar pimpinan mereka yang meringkuk di sel polisi dibebaskan, mereka menghancurkan bangunan kantor Mapolresta Pekanbaru. Mereka juga memorak-porandakan sejumlah kendaraan dan gedung-gedung sekitar mapolresta.
      
Itu jelas merupakan petunjuk bahwa geng motor sudah tak menghargai sama sekali institusi kepolisian selaku simbol negara. Bagi mereka, institusi kepolisian pun sudah mereka perlakukan sebagai bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa -- dan karena itu tak dihadapi dengan rasa hormat, segan, atau apalagi gentar. 
      
Walhasil, fenomena geng motor sudah amat meresahkan. Keresahan masyarakat yang mereka timbulkan sudah serius. Ibarat penyakit, geng motor bukan lagi sekadar bisul, melainkan sudah merupakan kanker stadium lanjut.
      
Karena itu, fenomena geng motor bukan lagi sekadar masalah kenakalan remaja. Fenomena geng motor sudah merupakan masalah kriminal -- dan karena itu tak cukup lagi dihadapi dengan sikap toleran atau lembek. Fenomena geng motor, seperti juga keberadaan kelompok-kelompok lain yang biasa berperilaku kriminal, wajib dihadapi dengan sikap tegas dan lugas. Atas nama ketertiban dan ketenteraman umum, polisi wajib memberangus keberadaan mereka tanpa keluar koridor hukum.
      
Memang, umumnya geng motor terdiri atas anak-anak remaja. Tetapi, sekali lagi, ulah mereka selama ini sudah acap tidak bisa lagi digolongkan sekadar kenakalan remaja. Ulah mereka adalah perilaku kriminal. Bahkan dalam sejumlah kasus yang membuat orang waras bergidik, ulah mereka sudah merupakan perilaku gangster.
      
Karena itu, meski terdiri atas anak-anak remaja, jelas keberadaan geng motor dengan tabiat kriminal ini tak bisa lagi dihadapi dengan sikap penuh mafhum dan lembek. Bahkan sikap tersebut sangat berbahaya karena bisa membuat anak-anak remaja yang berhimpun dalam geng-geng motor tumbuh menjadi sosok-sosok dengan watak mafia laiknya dalam film-film gangster. Adalah menyedihkan sekaligus merisaukan jika kehidupan kemasyarakatan bukan lagi berpijak pada tertib sosial, melainkan dikendalikan oleh kelompok-kelompok gangster.
      
Bagaimanapun kenyataan serupa itu tak boleh terjadi di Indonesia ini. Karena itu, geng motor -- sejauh tetap menunjukkan gelagat sebagai penyemaian bibit-bibit gangster -- memang tak layak diberi ruang untuk hidup. Mereka kudu diberangus hingga ke akar-akarnya.***

Jakarta, 28 Februari 2012

27 Februari 2012

Sebuah Asteroid Dekati Bumi

MOSKOW, KOMPAS.com - Sebuah asteroid bernama 2012 DA14 sedang bergerak mendekati Bumi. Tahun depan, asteroid tersebut akan ada pada jarak yang lebih dekat dari beberapa satelit buatan manusia yang mengorbit Bumi.

Pada tanggal 15 Februari 2013, asteroid itu akan melayang pada jarak 26.900 km. Jarak ini 6000 km lebih dekat dari beberapa satelit yang mengorbit Bumi dari jarak 35.700 km.

Asteroid itu terdeteksi pertama kali oleh Spanish Observatorio Astronomico de La Sagra. Ukuran satelit itu sekitar 4-50 meter, tergolong asteroid dekat Bumi dan memiliki potensi menumbuk Bumi.

Para stronom masih akan terus memonitor asteropid ini untuk mengetahui ukuran secara pasti dan jalurnya. Menurut prediksi astronom, seperti diuraikan Ria Novosti, Senin (27/2/2012), asteroid sebesar 50 meter potensial menimbulkan ledakan di atmosfer yang besarnya 1000 kali lebih besar dari bom di Hiroshima.

Meski demikian, masih perlu penelitian untuk menentukan apakah asteroid ini akan berdampak pada Bumi atau tidak.***


http://sains.kompas.com/read/2012/02/27/17264954/Sebuah.Asteroid.Bergerak.Mendekati.Bumi

Pil Pahit Kenaikan BBM


Siap tidak siap, masyarakat harus menerima kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dalam waktu dekat ini sebagai kenyataan. Pemerintah, seperti kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tidak punya lagi pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM subsidi -- karena harga minyak mentah di pasar global terus meningkat signifikan, sehingga kondisi fiskal pun menjadi tidak sehat akibat beban subsidi kian membengkak.
      
Alasan itu bisa dipahami, meski terasa pahit. Pahit karena kenaikan harga BBM subsidi jelas berdampak mendongkrak inflasi. Artinya, daya beli masyarakat niscaya terkikis akibat harga aneka barang dan jasa ikut-ikutan bergerak naik seiring perubahan harga BBM subsidi. Terlebih jika kenaikan harga BBM subsidi ini terbilang amat signifikan.
      
Karena itu, setelah nanti harga BBM subsidi resmi dinaikkan, pemerintah wajib melakukan aneka upaya yang berdampak membantu menjaga daya beli masyarakat tidak terkikis terlalu dalam akibat digerus inflasi. Dalam konteks ini, efektivitas anggaran makin relevan dan makin urgen ditingkatkan. Proyek-proyek yang sekadar menyedot banyak anggaran, semisal renovasi gedung-gedung pemerintah atau penggantian barang-barang inventaris para pejabat, wajib diseleksi ketat.
      
Jika nyata-nyata tidak urgen dan apalagi tidak relevan, proyek-proyek seperti itu layak disingkirkan atau minimal ditunda hingga kondisi benar-benar memungkinkan. Adalah tidak lucu, di satu sisi rakyat dipaksa berkorban memanggung beban kenaikan harga BBM subsidi beserta dampak ikutannya yang tak terelakkan, tapi di sisi lain anggaran negara justru tetap saja banyak terkuras oleh proyek-proyek yang tidak relevan dan tidak urgen bagi kepentingan khalayak luas.
      
Sejalan dengan itu, proyek-proyek yang berdampak nyata mendorong produktivitas ekonomi masyarakat luas, entah langsung maupun tidak langsung, patut diperbanyak. Proyek-proyek infrastruktur, misalnya, harus memperoleh prioritas pengadaan ataupun sekadar perbaikan. Terlebih lagi masalah infrastruktur ini sudah sejak lama menjadi faktor yang begitu nyata menghambat produktivitas ekonomi nasional, entah karena telanjur banyak rusak atau karena belum tersedia.
      
Masih dalam kerangka efisiensi anggaran, berbagai pemborosan dan kebocoran harus bisa lebih ditekan. Dalam konteks ini, birokrasi pemerintahan harus bisa dibuat makin sehat dan produktif. Berbagai praktik yang cenderung sekadar menyedot anggaran, sementara manfaat nyata bagi kepentingan rakyat nyaris nol, mesti diberangus. Perjalanan dinas, misalnya, patut lebih diseleksi dan lebih disesuaikan dengan tingkat urgensinya.
      
Selama ini, patut diakui, perjalanan dinas di lingkungan birokrasi pemerintahan acap terkesan menjadi ajang pakansi. Ya, karena urgensinya amat rendah: entah menyangkut personal yang berangkat ataupun menyangkut objek yang melatari perjalanan dinas. Bahkan ditengarai perjalanan dinas ini juga acap direkayasa menjadi proyek fiktif.
      
Di sisi lain, dampak inflatoar kenaikan BBM subsidi ini perlu benar-benar disiasati agar tidak telak-telak menghempaskan daya beli masyarakat. Untuk itu, berbagai aspek yang selama ini membuat industri manufaktur menanggung ekonomi biaya tinggi harus bisa dihilangkan. Aneka pungutan yang tidak perlu atau bahkan liar wajib diberangus. Sanksi tegas terhadap oknum pemerintahan yang membuat industri manufaktur terkondisi menanggung ekonomi biaya tinggi mutlak kudu dikenakan. Dengan demikian, kenaikan harga BBM subsidi bisa diharapkan tidak kelewat besar mendongkrak harga aneka barang dan jasa.
      
Dengan langkah-langkah seperti itu, kenaikan harga BBM subsidi tidak terasa seperti pil yang kelewat pahit dan tidak pula memabukkan. Artinya, kenaikan BBM bisa diharapkan tidak sampai memicu keresahan atau apalagi kerusuhan sosial yang niscaya merusak sendi-sendiri kehidupan bersama.***

Jakarta, 27 Februari 2012

Soal BBM: Tiada Jalan Lain

A TONY PRASENTYANTONO

Akhirnya "perjuangan" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mena
han harga bahan bakar minyak bersubsidi telah usai. Setelah sekian lama dikritik para pengamat dan disarankan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi demi kesehatan dan keberlanjutan fiskal, akhirnya Presiden pun memutuskan untuk menaikkan,harga BBM (Kompas, 22/1/12). Kini, sedang dicarikan saat yang tepat untuk melakukannya.

Di samping itu, masih diperlukan persetujuan DPR dan mengubah Undang-Undang (UM APBN yang telanjur diputuskan untuk tidak menaikkan harga BBM tahun ini.

Sayang sekali, pemerintah dan DPR telanjur membuat UU seperti itu, padahal mereka tabu kondisi perekonomian global tidak menentu. Jadi, mana mungkin berani memutuskan harga BBM tidak dinaikkan, padahal kits tidak tabu apa yang bakal terjadi di zona euro, Amerika Serikat, ataupun Iran. Bagaimana prospek ekonomi global?. Semuanya serba abu-abu.

Sebagai contoh, sampai hari ini kita senantiasa diliputi tanda tanya, bagaimana solusi krisis zona euro?

Kegagalan euro

Ekonom AS rata-rata skeptis terhadap mats uang tunggal euro. Martin Feldstein (Harvard) dengan tegas menyindir bahwa euro merupakan "eksperimen yang gagal".

Kegagalan itu dinilainya bukan kebetulan. Artinya, sebenarnya sudah bisa diantisipasi sebelumnya ("The Failure of the Euro", Foreign Affairs, Januari-Februari 2012).

Sementara Paul Krugman (Princeton) menyarankan agar Yunani keluar dari zona euro dan membikin mata uang sendiri, yang'selanjutnya bisa terdepresiasi, lalu pelan-pelan perekonomiannya pulih.

Namun, ekonom lain banyak yang tak sependapat. Mantan Gubernur Bank Sentral Argentina (Mario Blejer) dan Meksiko (Guillermo Ortiz) menulis kolom di The Economist (18-24 Februari 2012) bahwa Yunani sebaiknya tidak keluar dari zona euro. Menerbitkan mata uang baru yang kemudian terdevaluasi bukan perkara gampang.

Berdasarkan pengalaman negara-negara Amerika Latin, khususnya Argentina pada 2002, langkah tersebut akan menyebabkan bank run. Masyarakat akan panik dan menimbulkan pelarian dana besar-besaran. Di Argentina bahkan timbul kerusuhan.

Padahal, devaluasi mata uang dimaksudkan untuk mendorong daya saing. Namun, jalan menuju sana sangat tidak limier.

Kedua ekonom tersebut menyarankan agar Yunani tetap menggunakan mata uang euro sambil terus menjalankan kebijakan disiplin fiskal yang ketat (austerity). Itu memang bakal menyakitkan dan menjadi perjalanan panjang, tetapi masih lebih dapat dikelola dengan baik dibandingkan dengan keluar dari zona euro.

Lonjakan harga minyak Belum lagi krisis zona euro tertangani dengan baik-mesId sudah ditolong dengan dana talangan 130 miliar euro yang bisa mengamankan utangjatuh tempo Yunani pada 20 Maret 2012-harga minyak dunia kembali naik dan mencapai puncak 106 dollar AS per barrel karena konflik Iran-AS.

Ini meningkatkan kompleksitas krisis ekonomi global yang sama sekali di luar jangkauan kita untuk mengelak Juga tidak ada jaminan, kapan konflik ini bakal berakhir sehingga kian sulit meramalkan kapan harga minyak turun.

Paling-paling ekonom hanya bisa berspekulasi bahwa "harga minyak bakal turun jika permintaan turun". Itu sama saja berharap agar krisis ekonomi global kian memburuk. Jadi, mau tidak mau, menaikkan harga BBM memang telah menemukan urgensinya. Presiden Yudhoyono sudah tidak memiliki tabungan argumentasi untuk menundanya lagi. Sudah tidak ada jalan lain.

Keputusan ini dapat mengakhiri spekulasi yang berkembang terhadap rencana pemerintah untuk membatasi konsumsi BBM dan melakukan konversi energi ke bahan bakar gas (BBG) pada 1 April 2012. Rencana ini tidak realistis karena pembatasan BBM bersubsidi rawan kericuhan, sedangkan penggunaan BBG memerlukan masa transisi panjang, setidaknya tiga tahun.

Upaya untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi sepertinya sekadar mengulur-ulur waktu yang hanya populer secara politis, tetapi sama sekali tidak produktif secara ekonomis. Jika pemerintah tidak melakukan tindakan apa pun, subsidi BBM akan mencapai Rp 150 triliun, ditambah Rp 90 triliun untuk subsidi listrik

Angka subsidi Rp 210 triliun jelas sangat tidak masuk akal dibandingkan dengan volume APBN 2012 sebesar Rp 1.418 triliun. Angka tersebut bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan dana pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur setahun. Tentu ini hal yang ironis dan tidak boleh dibiarkan berlanjut.

Momentum kenaikan

Sekarang masalahnya adalah kapan dan berapakah harga BBM dinaikkan? Sebenarnya saat ini merupakan momentum yang tepat ketika inflasi yearon year hanya 3,65 persen.

Sayangnya, masih ada proses konstitusi yang harus dilalui sehingga paling cepat 2-3 pekan lagi dieksekusi. Pada saat itu, saya perkirakan inflasi juga masih cukup landai, antara 3,5 dan 4 persen. Ini masih cukup kondusif.

Lalu, berapa besaran kenaikannya? Saya dugs angkanya Rp 1.000 per liter karena pada angka ini kontribusi terhadap tambahan inflasi masih sekitar 1 persen.

Jadi, sesudah kenaikan harga BBM, inflasi akan sekitar 5 persen. Secara ekonomi masih terjangkau (dfordable7 sedangkan secara politis belum memicu gejolak kerusuhan.

Peinerintah juga akan memberikan kompensasi kepada masyarakat yang paling terkena dampak kenaikan harga ini melalui skema subsidi langsung. Saya usulkan agar skemanya sejauh mungkin menghindari bentuk uang tunai karena berisiko kericuhan-sebagaimana pengalaman masa lalu.

Sistem kupon makanan seperti di Amerika Serikat rasanya bisa diadopsi. Di sana, setiap Jumat sore hingga malam masyarakat antre di kasir supermarket dengan membawa kupon yang bisa dibelikan bahan pokok. Ini bisa meminimalkan risiko kesalahan alokasi, misalnya dana bantuan langsung tunai (BLT) malah digunakan untuk membeli telepon seluler.

Namun, bagi daerah-daerah terpencil yang infrastrukturnya buruk, skema ini barangkali sulit diterapkan. Karena itu, skema uang tunai masih relevan. Namun, di daerah yang padat penduduknya-biasanya infrastruktur perdagangan bahan pokok cukup baik-skema ini bisa diterapkan.

Ke depannya, pemerintah perlu memikirkan skema lain yang memenuhi asas keadilan. Meski sudah ada skema kompensasi (misalnya BLT), tetap saja kenaikan
harga BBM bersubsidi secara "pukul rata" akan menimbulkan masalah ketidakadilan.

Orang berkendaraan mobil yang sekali mengisi tangkinya 40 liter mendapatkan jatah subsidi 10 kali lipat pengendara sepeda motor yang mengisi tangkinya 4 liter. Karena itu, subsidi bagi pemilik mobil dan sepeda motor mestinya berbeda.

Karena itu, saya usul agar pemerintah mulai mempersiapkan skema yang "lebih maju" yang menyerap aspirasi keadilan. Harga BBM bersubsidi bagi sepeda motor seharusnya berbeda dengan mobil. Sama-sama bersubsidi, pemilik sepeda motor mestinya diberi "proteksi" yang lebih besar.

Memang tidak akan ada skema yang bebas komplikasi ketika diimplementasikan. Yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan risiko dampak kerusakan. Kenaikan harga minyak dunia, sebagaimana krisis eonomi di zona euro, merupakan sebuah keniscayaan, di mana kita tidak bisa melarikan diri.

Kenaikan harga BBM bersubsidi pasti menyakitkan. Namun, bukan hanya kita yang menderita karena ini praktis sudah menjadi "musuh bersama" di seluruh dunia-kecuali negara eksportir minyak. Pemahaman ini harus terus dikampanyekan pemerintah agar dapat mengurangi beban psikologis masyarakat.***

SUMBER: http://cetak.kompas.com/read/2012/02/27/04225036/soal.bbm.tiada.jalan.lain

23 Februari 2012

Transaksi Aneh yang Dibiarkan

Tidaklah terlalu mengejutkan laporan mengenai 2.000 transaksi mencurigakan yang dilakukan oleh politikus Senayan. Perilaku sebagian dari mereka yang korup sudah terkuak lewat banyak kasus. Mungkin orang-orang baru akan kaget jika temuan yang dirilis oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ini benar-benar ditelusuri oleh penegak hukum.

Pusat Pelaporan mengungkap data itu dalam rapat kerja dengan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat belum lama ini. Ketua lembaga ini, M. Yusuf, berjanji segera menuntaskan analisis terhadap 2.000 transaksi yang tidak wajar itu, lalu segera melaporkannya ke penegak hukum. Ia juga mengakui adanya transaksi aneh Rp 100 miliar yang berkaitan dengan kasus Nazaruddin, bekas anggota DPR dari Fraksi Demokrat.

Janji Yusuf mungkin dipenuhi. Tapi kami ragu penegak hukum akan sungguh-sungguh mengusut transaksi aneh anggota Dewan itu. Komisi Pemberantasan Korupsi pun boleh jadi tak akan menelusurinya, kecuali mengusut transaksi berkaitan dengan kasus korupsi yang ditanganinya. Jangankan mengurus transaksi atau rekening aneh, KPK sudah terlihat kewalahan menangani kasus besar, seperti suap Wisma Atlet, kasus Hambalang, dan suap cek pelawat. Banyak sekali tokoh penting dalam sederet kasus itu yang belum dijerat oleh KPK, sekalipun indikasi keterlibatan mereka berserakan di mana-mana.

Kepolisian atau kejaksaan? Andaikata dua instansi ini peduli terhadap transaksi mencurigakan yang dilaporkan PPATK secara berkala, penjara akan cepat penuh. Mungkin sudah ribuan politikus, pejabat, dan pegawai negeri sipil yang dijebloskan ke bui dan harta mereka disita untuk dikembalikan ke negara. Soalnya, bukan hanya kali ini Pusat Pelaporan membeberkan hasil temuan. Sebelumnya, lembaga ini juga mengungkap belasan ribu rekening mencurigakan milik pegawai negeri, tapi hingga sekarang tak ada yang diusut.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semestinya mendorong kepolisian untuk memprioritaskan pengusutan temuan transaksi mencurigakan. Polisi tak sulit menelusuri transaksi aneh karena mereka berwenang menggunakan delik pencucian uang. Ini pernah dibuktikan dengan menuntaskan kasus rekening gendut bekas pejabat pajak, Bahasyim Assifie. Bahkan kasus bekas pegawai pajak Gayus Tambunan yang ditangani polisi juga bermula dari laporan PPATK.

Ketegasan Presiden diperlukan karena telantarnya transaksi mencurigakan justru terjadi setelah kita memiliki udang-undang baru tentang pencucian uang, yakni Undang-Undang No. 8/2010. Berdasarkan undang-undang ini pula, Presiden telah membentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang pada Januari lalu. Komite Koordinasi diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Jaksa Agung, Kepala Polri, Ketua PPATK, dan sederet menteri juga masuk dalam lembaga ini.

Tak mengherankan bila orang berpikiran Komite itu lebih mengutamakan pencegahan ketimbang pemberantasan. Bila pemerintah memilih strategi ini, justru citranya semakin hancur. Soalnya, temuan PPATK yang ditelantarkan hanya semakin mempertontonkan tidak berdayanya penegak hukum.***


Sumber: http://www.tempo.co/read/opiniKT/2012/02/24/1771/Transaksi-Aneh-yang-Dibiarkan



Romantisnya Rasulullah dengan Istrinya

RASULULLAH Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok manusia yang sempurna. Di medan perang beliau adalah seorang jenderal profesional yang menguasai taktik dan strategi bertempur. Di tengah masyarakat, beliau adalah teman, sahabat, guru, dan sosok pemimpin yang menyenangkan. Di rumah, beliau adalah seorang kepala rumah tangga yang bisa mendatangkan rasa aman, kasih sayang, sekaligus kebahagiaan.

Rasulullah Sahallahu ‘Alaihi Wassallam dinobatkan oleh Allah sebagai suri tauladan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).

Tidak salah jika seluruh kehidupan Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk urusan dalam kamar sekalipun.

Di antara sisi romantis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pria yang sangat lembut. Beliau mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Beliau juga sosok yang dikenal sangat romantis.

Misalnya, beliau biasa memanggil istri-istrinya, dengan panggilan kesukaan dan panggilan yang indah.

Siti ‘Aisyah, dipanggil dengan panggilan “Ya Humaira” (wahai si merah jambu).

Coba bayangkan, istri mana yang tidak tersanjung saat dipanggil suaminya dengan panggilan ini? Telinga siapa yang tidak ingin mendengar sapaan seperti ini?

Tapi keindahan itu tercipta bukan karena beliau ahli merayu, melainkan karena hati beliau memang bersih, bening, indah dan keluar dari lubuk hati paling dalam.

Dari hati yang indah itulah keluar kata-kata, perilaku, dan sikap yang indah. Dari keindahan hati itulah terpancar segala keindahan dari setiap yang dipandang dan ditemuinya.

Memang, betapa indah hari-hari kehidupan di mata Rasulullah. Romantisme tidak hanya berlaku bagi istri-istrinya, juga anak-anak, bahkan nenek-nenek dan semua makhluk Allah Subhanahu wa Ta`ala lainnya pun merasakannya.

Sikap Rasulullah ini juga ditunjukkan ketika melihat alam dan unsur-unsur di sekitar. Ketika melihat sekuntum bunga yang mulai terbuka kelopaknya, kalbunya bergetar, hatinya bersuka cita, dan segera beliau mendatanginya, mencium dengan bibirnya, dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa beliau mengucapkan: “Aaamu khairin wa barakatin insya Allah.” (tahun baik dan penuh berkah, insya Allah).

Demikian pula ketika beliau mendapati bulan sabit di awal-awal malam kemunculannya, tak lupa menyambutnya dengan sukacita. Dengan penuh optimis beliau bercakap tentangnya: “Hilaalu khairin wa baarakatin insya Allah.” (awal bulan yang baik dan penuh berkah, insya Allah).

Bagitulah Rasulullah, junjungan kita.

Meskipun beliau sebagai seorang pemimpin yang super sibuk mengurus ummat, namun beliau tidak lupa untuk menjalin kemesraan dengan istri-istrinya. Beliau tak segan-segan untuk mandi bersama dengan istri beliau.

Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama.

Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.

Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah suatu hal yang tercela. Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya.

Rasulullah juga sangat mengerti perasaan istri-istrinya dan tau cara menyenangkan dan memberi kasih sayang. Rasulullah, sering tidur di pangkuan Siti ‘Aisyah, meski istrinya sedang haids.

Dari Urwah ia pernah ditanya orang, "Bolehkah wanita haids melayaniku dan bolehkah wanita junub mendekatiku?"

Urwah berkata, "Semuanya boleh bagiku, semuanya boleh melayaniku, dan tiada celanya. ‘Aisyah telah menceriterakan kepadaku bahwa dia pernah menyisir rambut Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika dia sedang haidsh, padahal ketika itu Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sedang i'tikaf di masjid; beliau mendekatkan kepalanya kepadanya (‘Aisyah) dan dia (‘Aisyah) ada di dalam kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haids."

Ummu Salamah berkata, "Ketika aku bersama Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidur-tiduran di kain hitam persegi empat (dalam satu riwayat: di lantai, tiba-tiba aku haids, lalu aku keluar dan mengambil pakaian haidsku, lalu beliau bertanya, 'Mengapa kamu? apakah kamu nifas?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau lalu memanggilku, lalu aku tidur bersama beliau di lantai yang rendah."

Ummu Salamah biasa mandi bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana dan beliau suka menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.

Rasulullah juga mengajarkan kita untuk memperlakukan istri dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika Nabi ketika beliau tidak sungkan mandi dari sisa air istrinya.

Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Nabi juga dikenal memanjakan wanita (istri-istrinya).

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Sepiring berdua, gurauan dan ciuman

Rasulullah membiasakan mencium istri ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari ‘Aisyah radhiallahu anhu, bahwa Nabi SAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik.

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam .“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.” (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Rasulullah juga bergurau bersama, di kala sedang dekat dengan istrinya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW hanya tertawa melihat mereka. (HR Nasa’i dengan isnad hasan)

Begitulah Rasulullah. Beliau dikenal bersikap lembut dan sayang pada istrinya. Beliau juga menyayangi dan mengistimewakan istrinya di kala istrinya sedang sakit.

Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Alhasil, Islam banyak mengajarkan kita tentang kelembutan dan sikap sayang pada pasangan. Itulah sikap romantisme yang diajarkan Islam pada para suami terhadap para istri. Sebab Rasullah bersabda, sebaik-baik para suami, adalah mereka yang bisa bersikap baik terhadap istrinya.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).*



Source: http://www.hidayatu llah.com/ read/20383/ 26/12/2011/ romantisnya- rasulullah- dengan-istrinya- .html