02 Oktober 2013

Waspada Shotdown AS


Penghentian sementara (shotdown) kegiatan sebagian pemerintahan AS niscaya berimbas terhadap percaturan ekonomi global -- entah imbasan itu positif ataupun negatif. Maklum, karena AS adalah kekuatan kelas jumpo, sehingga apa pun yang dialami negeri itu selalu berimbas terhadap lingkungan global.

Karena itu, andai saja shotdown kegiatan pemerintahan AS ini berlangsung lama, stabilitas ekonomi global niscaya berguncang. Banyak negara kemungkinan secara ekonomi harus menanggung risiko tidak menguntungkan -- dan sebagian lagi boleh jadi menangguk manfaat.

Sebagai gambaran sementara, dua hari terakhir ini -- seiring shotdown kegiatan pemerintahan AS sejak Selasa lalu -- kurs dolar terhadap sejumlah banyak mata uang melemah. Lalu, pergerakan harga saham-saham di bursa AS maupun di sejumlah belahan dunia juga mengalami penurunan relatif signifikan.
Fenomena itu merupakan pertanda bahwa pelaku pasar uang grogi atau mungkin panik menghadapi apa yang terjadi di AS, sehingga mereka mengalihkan portofolio dana mereka ke belahan dunia lain -- termasuk ke Indonesia. Karena itu, kurs rupiah terhadap dolar AS maupun indeks harga saham di bursa lokal dalam dua hari terakhir ikut menguat.

Tetapi itu baru gejala sementara. Andai shotdown kegiatan pemerintahan AS berlangsung lama, imbasan yang dihadapi ekonomi Indonesia maupun dunia global bisa lain lagi. Bagi Indonesia, misalnya, kegiatan ekspor-impor bisa menjadi seret atau bahkan mungkin macet. Itu saja serta-merta niscaya bisa melahirkan dampak ikutan yang merembet dan memukul berbagai sektor lain.

Karena itu, dunia internasional sangat tidak menginginkan penghentian sementara kegiatan pemerintahan AS ini berlangsung lama. Dunia sangat berharap kebuntuan proses politik di AS segera menemukan jalan keluar. Dengan demikian, pemerintahan Presiden Barack Obama bisa segera mengatasi krisis anggaran dan -- karena itu -- shotdown pun lantas tak berlama-lama.

Namun berharap saja tidak cukup. Artinya, pemerintah selaku pengendali kehidupan ekonomi -- juga, tentu saja, kehidupan sosial, politik, dan budaya -- tidak boleh sekadar memantau perkembangan politik di AS terkait penyelesaian krisis anggaran di negara tersebut. Bagaimanapun, pemerintah harus mewaspadai kemungkinan shotdown kegiatan pemerintahan AS berlarut-larut.

Untuk itu, pemerintah wajib menyiapkan antisipasi. Berbagai kemungkinan buruk yang bisa dialami ekonomi nasional sebagai dampak shotdown di AS harus benar-benar diperhitungkan. Berdasarkan itu, berbagai jurus penangkalan (exit strategy) bisa dirumuskan.

Jadi, ibarat kata pepatah, payung wajib disiapkan sebelum hujan. Dengan demikian, manakala ternyata kebuntuan proses politik di AS tak segera beroleh jalan keluar -- sehingga krisis anggaran tak teratasi dan Presiden Obama pun terpaksa terus melakukan shotdown entah sampai kapan -- pemerintah tidak menjadi kalut dan kalang-kabut menyelamatkan ekonomi nasional. Pemerintah tinggal melaksanakan exit strategy yang sudah disiapkan, sehingga shotdown pemerintahan AS bisa diharapkan tidak kelewat destruktif memukul ekonomi nasional.***

Jakarta, 2 Oktober 2013