24 April 2013

Menkeu Definitif


Sebagai portofolio pemerintahan, kementerian keuangan (kemkeu) sangat strategis. Kemkeu sangat menentukan hitam-putih atau bahkan maju-mundurnya ekonomi nasional. Pencapaian target-target pembangunan ekonomi nasional sangat bergantung kepada kinerja Kemkeu. Arah kebijakan yang digulirkan Kemkeu juga menjadi rujukan utama pelaku pasar dan pelaku usaha dalam bersikap dan bertindak sebagai respons terhadap ekonomi nasional.

Dalam konteks itu, jelas, peran menteri keuangan (menkeu)  sungguh tidak ringan. Sebagai pengendali institusi kemkeu, figur menkeu tidak sekadar wajib memiliki kompetensi memadai di bidang ekonomi dan menguasai psikologi pasar. Seorang menkeu juga secara kondisional objektif dituntut berkonsentrasi penuh melaksanakan tugas dan kewajiban sehari-hari.

Karena itu, sepeninggal Menkeu Agus Martowardojo yang terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia, portofolio Kemkeu tak boleh berlama-lama dipimpin seorang pejabat sementara atau pelaksana tugas yang kini dipercayakan kepada Hatta Rajasa. Bagaimanapun, tugas dan kewajiban Hatta sebagai Menko Perekonomian pun sudah sangat berat.

Belum lagi, di luar pemerintahan, Hatta juga menanggung beban tidak ringan pula sebagai pimpinan sebuah parpol. Terlebih menjelang perhelatan politik akbar lima tahunan seperti sekarang ini, beban Hatta di luar pemerintahan ini tentu makin berat saja.

Itu berarti, tanpa mengecilkan komitmen Hatta sendiri, pelaksana tugas sulit diharapkan mampu optimal dan fokus melaksanakan pekerjaan sehari-hari Menkeu. Waktu dan energi Hatta niscaya terbagi-bagi antara untuk urusan kantor Menko Perekonomian, Kemkeu, juga urusan partai.

Justru itu, kinerja Kemkeu pun bisa-bisa tidak optimal. Padahal tantangan objektif Kemkeu hari-hari ini sungguh tidak ringan dan kompleks.

Secara garis besar, tantangan itu terutama mempertahankan keberlanjutan manajemen fiskal yang bersifat prudent. Di bawah kendali Menkeu Agus Martowardojo selama tiga tahun terakhir, manajemen fiskal ini diakui terjaga prudent. Itu pula yang membuat ekonomi nasional mampu tumbuh relatif mengesankan. Bahkan di tengah krisis ekonomi global sejak beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional -- di atas 6 persen per tahun -- jauh melampaui rata-rata kebanyakan negara lain.

Jadi, kinerja ekonomi nasional di bawah kendali Menkeu Agus Martowardojo tetap mulus-mulus saja meski faktor eksternal tidak kondusif. Guncangan yang tidak perlu atau bahkan membahayakan sama sekali tidak terjadi, karena pelaku pasar menaruh kepercayaan tinggi terhadap ekonomi nasional.

Tantangan Menkeu di bidang fiskal sendiri hari-hari ini sangat berat dan tidak mudah. Pengeluaran APBN semakin besar seiring semangat pimpinan nasional terus menaikkan gaji pegawai negeri dan anggota TNI/Polri, di samping beban subsidi -- terutama subsidi BBM -- semakin membengkak dan tidak menyehatkan anggaran.

Karena itu, tak bisa tidak, Menkeu pun harus mampu meningkatkan penerimaan negara, sekaligus lebih efektif lagi dalam menekan berbagai tindak penyelewengan oleh oknum pegawai sendiri yang tampaknya masih tergolong serius sebagaimana tecermin dalam serangkaian kasus manipulasi pajak.

Sekali lagi, tantangan-tantangan seperti itu hanya mungkin bisa dijawab secara efektif oleh seorang menkeu definitif. Jadi, seyogyanya Presiden tidak berlama-lama membiarkan pos menkeu ini dirangkap oleh menteri lain.***

Jakarta, 24 April 2013