15 April 2013

Jiwa Besar TNI

TNI-AD memperoleh apresiasi banyak kalangan terkait penanganan kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, yang ternyata dilakukan 11 oknum prajurit Kopassus. Apresiasi diberikan bukan cuma karena TNI-AD gesit melakukan penyelidikan, melainkan terutama lantaran hasil penyelidikan itu diumumkan kepada publik secara transparan. TNI-AD tak terkesankan berupaya menutup-nutupi kenyataan bahwa pelaku penyerangan yang mengeksekusi mati empat tahanan itu adalah oknum prajurit Kopassus.

Itu sungguh di luar ekspektasi publik. Sebelumnya, publik skeptis bahwa institusi TNI-AD berani blak-blakan soal hasil penyelidikan kasus penyerangan Lapas Cebongan ini. Meski sudah menaruh dugaan bahwa pelaku penyerangan itu adalah oknum anggota Kopassus, publik tak yakin bahwa TNI-AD akan bersikap transparan. Terlebih lagi seorang petinggi TNI belum-belum sudah pasang badan dengan memastikan bahwa Kopassus sama sekali tak tersangkut penyerangan Lapas Cebongan.

Sikap transparan itu kini terbukti positif bagi citra TNI-AD sendiri di mata publik. Meski tindakan oknum anggota Kopassus menyerang dan mengeksekusi tahanan di Lapas Cebongan mencoreng nama baik institusi TNI secara keseluruhan, toh publik memberikan apresiasi. Dalam pandangan publik, TNI ternyata mampu menunjukkan nilai-nilai objektif dan kesatria dengan tidak menutup-nutupi kenyataan di balik aksi penyerangan itu.

Sekarang publik menaruh harapan agar proses peradilan atas pelaku aksi penyerangan ke Lapas Cebongan ini berlangsung objektif dan transparan pula. Bahwa proses peradilan itu dilakukan di pengadilan militer -- bukan di pengadilan umum --, publik berharap agar hukuman terhadap pelaku penyerangan itu benar-benar memenuhi rasa keadilan. Publik niscaya kecewa kalau saja proses peradilan itu seperti main-main: tidak objektif, tidak transparan, serta menafikan rasa keadilan di masyarakat.

Namun lepas dari soal proses peradilan ini, sikap TNI-AD terkait kasus penyerangan Lapas Cebongan sungguh merupakan
merupakan angin segar -- dan karena itu layak dijadikan preseden positif. Artinya, sikap transparan institusi TNI -- betapa pun itu sangat mahal -- patut dipertahankan dalam menghadapi kasus-kasus pelanggaran hukum yang melibatkan oknum anggota TNI di hari-hari mendatang.

Bagi institusi-institusi lain, sikap transparan TNI mengenai kasus penyerangan Lapas Cebongan ini juga harus menjadi contoh atau rujukan. Ibarat obat, sikap itu sehat dan menyehatkan -- tidak saja bagi institusi bersangkutan, melainkan juga terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sehat dan menyehatkan, karena sikap transparan membasuh curiga dan prasangka sekaligus menghilangkan pongah dan dusta.

Menutup-nutupi kasus pelanggaran hukum -- sekecil apa pun kasus itu -- memang sudah bukan zamannya lagi. Di tengah iklim keterbukaan sekarang ini, sikap dan tindakan menutup-nutupi kasus pelanggaran hukum niscaya konyol. Konyol, karena sikap-tindak seperti itu pasti sia-sia belaka. Lambat ataupun cepat, ketidakjujuran niscaya terbongkar. Segala dusta pasti terungkap, sehingga publik pada akhirnya tetap mengetahui kebenaran.

Memang tidak mudah. Karena iklim sosial-politik selama ini menumbuhkan sikap-sikap kerdil atau bahkan pengecut, maka menjunjung nilai-nilai jujur dan transparan sungguh membutuhkan keberanian dan jiwa besar. Tapi bagaimanapun nilai-nilai itu sudah saatnya ditumbuhkembangkan.

Dalam konteks itu, TNI-AD sudah menunjukkan langkah permulaan sebagai teladan.***

Jakarta, 5 April 2013