TNI-AD memperoleh
apresiasi banyak kalangan terkait penanganan kasus penyerangan Lapas Cebongan,
Sleman, Yogyakarta, yang ternyata dilakukan 11 oknum prajurit Kopassus.
Apresiasi diberikan bukan cuma karena TNI-AD gesit melakukan penyelidikan,
melainkan terutama lantaran hasil penyelidikan itu diumumkan kepada publik
secara transparan. TNI-AD tak terkesankan berupaya menutup-nutupi kenyataan
bahwa pelaku penyerangan yang mengeksekusi mati empat tahanan itu adalah oknum
prajurit Kopassus.
Itu sungguh di
luar ekspektasi publik. Sebelumnya, publik skeptis bahwa institusi TNI-AD
berani blak-blakan soal hasil penyelidikan kasus penyerangan Lapas Cebongan
ini. Meski sudah menaruh dugaan bahwa pelaku penyerangan itu adalah oknum
anggota Kopassus, publik tak yakin bahwa TNI-AD akan bersikap transparan.
Terlebih lagi seorang petinggi TNI belum-belum sudah pasang badan dengan
memastikan bahwa Kopassus sama sekali tak tersangkut penyerangan Lapas
Cebongan.
Sikap transparan
itu kini terbukti positif bagi citra TNI-AD sendiri di mata publik. Meski
tindakan oknum anggota Kopassus menyerang dan mengeksekusi tahanan di Lapas
Cebongan mencoreng nama baik institusi TNI secara keseluruhan, toh publik
memberikan apresiasi. Dalam pandangan publik, TNI ternyata mampu menunjukkan
nilai-nilai objektif dan kesatria dengan tidak menutup-nutupi kenyataan di
balik aksi penyerangan itu.
Sekarang publik
menaruh harapan agar proses peradilan atas pelaku aksi penyerangan ke Lapas
Cebongan ini berlangsung objektif dan transparan pula. Bahwa proses peradilan
itu dilakukan di pengadilan militer -- bukan di pengadilan umum --, publik
berharap agar hukuman terhadap pelaku penyerangan itu benar-benar memenuhi rasa
keadilan. Publik niscaya kecewa kalau saja proses peradilan itu seperti
main-main: tidak objektif, tidak transparan, serta menafikan rasa keadilan di
masyarakat.
Namun lepas dari
soal proses peradilan ini, sikap TNI-AD terkait kasus penyerangan Lapas
Cebongan sungguh merupakan
merupakan angin
segar -- dan karena itu layak dijadikan preseden positif. Artinya, sikap
transparan institusi TNI -- betapa pun itu sangat mahal -- patut dipertahankan
dalam menghadapi kasus-kasus pelanggaran hukum yang melibatkan oknum anggota
TNI di hari-hari mendatang.
Bagi institusi-institusi
lain, sikap transparan TNI mengenai kasus penyerangan Lapas Cebongan ini juga
harus menjadi contoh atau rujukan. Ibarat obat, sikap itu sehat dan menyehatkan
-- tidak saja bagi institusi bersangkutan, melainkan juga terhadap kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa. Sehat dan menyehatkan, karena sikap transparan membasuh curiga
dan prasangka sekaligus menghilangkan pongah dan dusta.
Menutup-nutupi
kasus pelanggaran hukum -- sekecil apa pun kasus itu -- memang sudah bukan
zamannya lagi. Di tengah iklim keterbukaan sekarang ini, sikap dan tindakan
menutup-nutupi kasus pelanggaran hukum niscaya konyol. Konyol, karena
sikap-tindak seperti itu pasti sia-sia belaka. Lambat ataupun cepat,
ketidakjujuran niscaya terbongkar. Segala dusta pasti terungkap, sehingga
publik pada akhirnya tetap mengetahui kebenaran.
Memang tidak
mudah. Karena iklim sosial-politik selama ini menumbuhkan sikap-sikap kerdil
atau bahkan pengecut, maka menjunjung nilai-nilai jujur dan transparan sungguh
membutuhkan keberanian dan jiwa besar. Tapi bagaimanapun nilai-nilai itu sudah
saatnya ditumbuhkembangkan.
Dalam konteks
itu, TNI-AD sudah menunjukkan langkah permulaan sebagai teladan.***
Jakarta, 5 April
2013