15 Mei 2014

Pejabat Baru Menko Perekonomian

Langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berlama-lama membiarkan pos Kemko Perekonomian kosong sungguh patut diapresiasi. Demikian juga keputusan Presiden mengangkat konglomerat Chairul Tanjung mengisi pos tersebut, menggantikan pejabat lama Hatta Rajasa yang beberapa hari lalu mengundurkan diri karena punya agenda besar: ikut maju ke arena pemilu presiden.

Kedua langkah itu menunjukkan kepekaan Presiden untuk mengamankan ekonomi nasional di tengah hingar-bingar hajat politik akbar sekarang ini. Meski tidak bisa mengeksekusi kebijakan di lapangan, Kemko Perekonomian bagaimanapun punya peran vital: mengharmoniskan program maupun kebijakan, sekaligus memastikan irama kerja berbagai kementerian teknis di bidang ekonomi tetap terjaga baik.

Jadi, pos Kemko Perekonomian tak boleh berlama-lama tanpa komandan karena berisiko membuat kinerja pemerintah di bidang ekonomi menjadi tidak fokus atau bahkan melemah. Itu tak boleh terjadi. Bukan saja karena kehidupan ekonomi di dalam negeri maupun mancanegara sekarang ini sarat tantangan berat, melainkan juga karena pelemahan kinerja itu bisa menjadi episode buruk pemerintahan Presiden Yudhoyono justru di ujung masa baktinya.

Bahwa komandan pos Kemko Perekonomian pengganti Hatta Rajasa ini dipercayakan kepada Chairul Tanjung, itu juga merupakan langkah jitu Presiden. Pertama, karena Chairul adalah orang yang tahu betul hitam-putih ekonomi nasional sekarang ini. Dia adalah pengusaha papan atas yang sudah terbukti unggul dan digjaya dalam menggeluti dunia bisnis. Dia juga selama beberapa tahun terakhir ini memimpin lembaga penasihat pemerintah di bidang ekonomi, yaitu Komite Ekonomi Nasional (KEN). 

Dengan dua latar belakang itu, Chairul punya bekal memadai untuk memimpin pos Kemko Perekonomian ini. Dia niscaya tidak akan gamang ataupun butuh waktu untuk belajar dulu sebelum mampu berperan efektif sebagai Menko Perekonomian. Dengan demikian, sisa waktu pemerintahan Presiden Yudhoyono yang praktis kini tinggal lima bulan lagi tidak lantas banyak tersia-siakan.

Itu berarti, kinerja ekonomi pemerintah dalam masa lima bulan ke depan bisa diharapkan tetap terjaga baik -- bahkan mungkin lebih baik dibanding selama ini.

Kedua, penunjukan Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian ini jitu karena dia memiliki komitmen tinggi dalam mengemban tanggung jawab. Komitmen tersebut antara lain melepaskan kendali atas kerajaan bisnisnya. Dengan itu, Chairul tidak akan terjebak oleh konflik kepentingan sekaligus bisa berkonsentrasi penuh dan fokus mengemban amanah sebagai Menko Perekonomian.

Chairul juga tidak terobsesi untuk ikut ambil bagian dalam pemerintahan mendatang. Dia bertekad kembali menjadi the big boss di kerajaan bisnisnya setelah kelak selesai menunaikan tugas Menko Perekonomian selama lima bulan di sisa pemerintahan Presiden Yudhoyono. Nah, komitmen ini menjadi poin tambahan bahwa Chairul bukan figur haus kekuasaan sehingga bisa diharapkan benar-benar fokus dan objektif berperan di pemerintahan.

Komitmen total seperti itu sungguh urgen karena kehidupan ekonomi sekarang ini sangat tidak mudah. Di lingkungan eksternal, krisis ekonomi di sejumlah negara maju belum juga berlalu. Walhasil, krisis global tetap menjadi momok yang tiap saat bisa mengoyak ekonomi negara-negara lain, termasuk ekonomi nasional.

Di lingkungan internal sendiri, tantangan di bidang ekonomi tidak kalah ruwet dan berat. Di satu sisi, hiruk-pikuk hajat politik berupa pemilu presiden dan suasana menjelang pergantian pemerintahan secara psikologis bisa membuat kendali-kendali ekonomi mengendur dan tidak fokus lagi. Di sisi lain, kondisi fiskal juga menuntut terobosan lanjutan terutama karena masih digayuti defisit transaksi berjalan yang terbilang serius serta pengeluaran pemerintah yang cenderung over dosis.***

15 Mei 2014