10 Januari 2013

Roy di Kursi Menpora


Sebagai orang yang dipercaya Presiden menjabat Menpora, Roy Suryo Notodiprojo langsung dihadapkan kepada tantangan berat dan kompleks. Tantangan tersebut sungguh menuntut Roy segera tancap gas -- bekerja keras menangani sejumlah masalah krusial yang menjadi tugas serta tanggung jawab Menpora. Demikian krusial masalah tersebut, sampai-sampai Roy pun sulit bisa mengambil ancang-ancang atau jeda sejenak untuk sekadar melakukan penyesuaian diri.

Beberapa masalah krusial itu, antara lain, kisruh dalam organisasi sepakbola nasional. Ini krusial karena dua kepengurusan organisasi sepakbola telanjur saling berseberangan -- bahkan saling menafikan, sementara FIFA sebagai otoritas sepakbola dunia tidak memberi ruang bagi kenyataan seperti itu.

Nah, jelas menjadi tugas Menpora agar kisruh dalam organisasi sepakbola ini bisa segera diselesaikan. Jika sampai batas waktu 30 Maret 2013 ternyata kisruh itu masih berlanjut, FIFA niscaya menjatuhkan sanksi mematikan: sepakbola nasional diisolasi dari percaturan global.

Jadi, untuk mengurus soal kisruh sepakbola saja Menpora sungguh dipepet waktu. Padahal Menpora juga dituntut melakukan berbagai terobosan yang memungkinkan prestasi olahraga nasional menjadi meningkat. Untuk itu, antara lain, Menpora
harus membuat terobosan yang memungkinkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) benar-benar fokus dalam mengemban peran dan fungsi masing-masing dalam rangka membangun prestasi olahraga nasional.

Selama ini, KONI dan KOI seperti melupakan misi membangun prestasi olahraga nasional ini. Secara internal, kedua institusi lebih cenderung menjadi ajang kepentingan figur-figur yang duduk di struktur kepengurusan. Sementara secara eksternal, KONI dan KOI juga terkesan sibuk rebutan pengaruh.

Karena itu, prestasi olahraga nasional cenderung merosot. Perolehan medali dalam ajang Olimpiade London, tahun lalu, merupakan bukti terang-benderang tentang soal itu. Bahkan cabang bulu tangkis kini sudah tidak lagi menjadi lambang supremasi olahraga Indonesia di tingkat internasional.

Menyangkut isu kepemudaan, Menpora tak kurang pula berhadapan dengan masalah kompleks. Antara lain mengakhiri kepengurusan kembar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), sehingga gerakan pemuda bisa menjadi sebuah kekuatan yang utuh dan pasu.

Roy sendiri barangkali bukan figur yang benar-benar pas untuk mengisi pos Kemenpora. Memang, Presiden Yudhoyono menilai Roy cakap untuk mengemban tugas Menpora. Namun rekam jejak Roy selama ini tak cukup mengesankan. Sosok Roy lebih banyak wara-wiri di dunia gosip artis.

Di dunia politik sendiri, sosok Roy hanya samar-samar. Sebagai anggota DPR, misalnya, peran Roy tak kelihatan menonjol -- kecuali dalam kasus persidangan yang riuh oleh perilaku tidak elok. Kalaupun sosok Roy beberapa kali sempat mengundang perhatian publik, itu justru karena sikap-tindaknya yang kontroversial. Misalnya meminta perlakuan istimewa kepada sebuah maskapai penerbangan, sehingga jadwal penerbangan maskapai itu menjadi terganggu.

Tapi bagaimanapun Presiden sudah menjatuhkan pilihan kepada Roy. Justru itu, demi kesuksesan dalam mengemban tugas Menpora, Roy perlu ditopang oleh sebuah tim yang punya kapabilitas teruji dan terutama siap bekerja keras -- bukan sekadar cari posisi.***

Jakarta, 10 Januari 2013