Korupsi adalah
perbuatan tercela. Berskala besar ataupun kecil, dilakukan banyak orang ataupun
tidak, korupsi tetap saja perbuatan maling. Korupsi sama sekali tak bisa diberi
permakluman apalagi ditoleransi. Korupsi adalah penyakit berbahaya. Ibarat
kanker stadium empat, korupsi bisa menghancurkan banyak hal: sosial, ekonomi,
politik, juga moral. Karena itu, korupsi bisa meruntuhkan keberadaan sebuah
negara.
Karena itu pula,
pernyataan teranyar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina
Partai Demokrat soal korupsi sungguh tak bisa dipahami. Dengan mengatakan bahwa
partai lain jauh lebih korup ketimbang Partai Demokrat, SBY seperti memberi
permakluman. Seolah-olah korupsi yang terbilang kecil atau sedikit bisa
dimaklumi.
Dengan kata lain,
pernyataan itu menumbuhkan kesan bahwa bagi SBY korupsi boleh ditoleransi jika
perbuatan tersebut berskala kecil atau tidak banyak. Jelas, karena itu,
pernyataan tersebut sungguh tidak patut dan sama sekali tak bisa dipahami.
Terlebih pernyataan itu dilontarkan oleh seorang SBY yang selama ini kerap
mengaku berdiri paling depan dalam gerakan pemberantasan korupsi.
Memang, korupsi
di Indonesia bukan melulu melibatkan kader-kader Partai Demokrat. Meski begitu,
SBY sama sekali tak patut menyebutkan bahwa partai lain lebih korup ketimbang
Partai Demokrat. Meski fakta dan data mendukung sekalipun, tetap saja SBY tak
patut menyatakan bahwa Partai Demokrat lebih sedikit tersangkut korupsi
dibanding partai lain. Sekali lagi, korupsi tetap saja perbuatan maling.
Berskala besar ataupun tidak, melibatkan banyak orang ataupun tidak, korupsi
sama sekiali tak bisa dimaklumi atau ditoleransi.
Karena itu,
sebagai negarawan, SBY mestinya bukan seolah memberi permakluman terhadap
korupsi yang lebih sedikit. SBY seharusnya justru menyatakan bahwa korupsi
dalam segala bentuk dan ukuran harus diberantas tuntas hingga ke akar-akarnya.
Terlebih sebagai orang yang sejak jauh hari mengaku menjadi panglima gerakan
pemberantasan korupsi, SBY seharusnya mengatakan bahwa siapa pun atau kader
partai mana pun yang tersangkut korupsi niscaya ditindak tegas. Tak ada ampun.
Tak ada permakluman.
Pernyataan
seperti itu jauh lebih simpatik dan sangat elegan ketimbang menyebutkan bahwa
partai lain lebih korup daripada Partai Demokrat. Juga pernyataan seperti itu
menjadi peneguhan bahwa komitmen SBY mengenai pemberantasan korupsi sama sekali
tak perlu diragukan. Apalagi bila pernyataan tersebut diiringi dengan aksi
konkret berupa penindakan hukum terhadap semua pelaku korupsi, termasuk
kader-kader Partai Demokrat sendiri.
Bahwa SBY ingin
agar segenap keluarga besar Partai Demokrat tidak berkecil hati oleh
kasus-kasus korupsi yang membelit kader-kader partai tersebut, itu bisa
dipahami. Tapi upaya ke arah itu sama sekali tak perlu dilakukan dengan menarik
partai lain sebagai perbandingan sehingga menimbulkan kesan permakluman. Partai
Demokrat niscaya berjiwa besar dan bahkan bangga bila SBY justru satu kata dan
perbuatan dalam hal pemberantasan korupsi, termasuk tanpa kecuali tindakan
hukum dilakukan terhadap kader SBY sendiri.***
Jakarta, 15 Juni
2012