20 April 2014

Indikasi di Bursa Saham

Peta persaingan menuju pemilu presiden mendatang jelas sudah. Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa masing-masing sudah mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres-cawapres. Diusung PDIP, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan PKB (pasangan Jokowi-Jusuf Kalla) di satu pihak; serta Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Golkar (pasangan Prabowo-Hatta) di pihak lain; masing-masing pasangan sudah pula mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Walhasil, kedua pasangan capres-cawapres siap bertarung. Ini memberi kepastian bahwa pemilu presiden 9 Juli nanti hanya berlangsung satu putaran. Pasangan mana pun yang kelak tampil sebagai pememang -- Jokowi-Jusuf Kalla ataupun Prabowo-Hatta -- tampaknya tak kelewat jadi soal. Bagi pelaku di bursa saham, terutama, masing-masing pasangan capres-cawapres relatif bersahabat terhadap pasar (market friendly).

Pelaku di bursa saham menghendaki pemilu presiden berlangsung cukup dalam satu putaran -- karena segera memberi kepastian mengenai siapa pemimpin nasional yang menjadi penerus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka juga menghendaki pemimpin yang probisnis serta tanggap dan cepat merespons isu-isu krusial yang dihadapi bangsa.

Kedua pasangan capres-cawapres relatif dapat memenuhi harapan pelaku di bursa saham. Di mata mereka, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla maupun Prabowo-Hatta bisa diharapkan menjadi antitesis atas pola kepemimpinan nasional selama ini yang cenderung tidak tegas, lamban, dan lebih banyak berwacana ketimbang melakukan aksi-aksi nyata.

Karena itu, gambaran tentang peta pertarungan dalam pemilu presiden mendatang tak membuat bursa saham menunjukkan eforia. Bahkan dua hari terakhir, setelah pekan lalu cenderung menanjak hingga menembus level psikologis 5.000, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut terkoreksi.

Senin lalu, IHSG ditutup melemah 16,575 poin atau 0,33 persen ke level 5.014,996 dibanding penutupan perdagangan di BEI pada akhir pekan lalu. Selasa kemarin, IHSG kembali terkoreksi 119,041 poin (2,37 persen) dibanding Senin ke posisi 4.895,955.

Pelemahan IHSG itu bukan cerminan pasar bereaksi negatif terhadap peta pemilu presiden 9 Juli. IHSG terkoreksi lebih karena aksi ambil untung pelaku di BEI lantaran mereka kehilangan bahan ekspektasi. Terlebih lingkungan eksternal juga tak menghembuskan sentimen yang menggairahkan pelaku pasar modal.

Pasar modal adalah indikator utama mengenai persepsi atau sikap dan perilaku investor. Karena itu, pergerakan IHSG yang tetap di zona positif sekarang ini bisa dijadikan pegangan bahwa arah pemilu presiden sudah benar. Sepanjang IHSG tetap bergerak di zona positif hingga hari H pemungutan suara 9 Juli nanti, pemenang pemilu presiden hampir pasti bisa diterima pasar -- juga khalayak luas.

Oleh sebab itu, sosialisasi program kerja masing-masing pasangan capres-cawapres dalam hari-hari mendatang ini sangat menentukan. Meski dalam beberapa survei pasangan tertentu untuk sementara ini mengungguli pasangan lain, hasil akhir pemilu presiden bisa lain.

Persepsi dan keyakinan publik hingga hari H pemungutan suara pada 9 Juli nanti memang masih terbilang cair. Perubahan persepsi dan keyakinan masyarakat pemilih bisa terjadi setiap saat sebelum akhirnya mengkristal menjadi pilihan di bilik suara.

Itu semua, sekali lagi, bergantung kepada kepiawaian masing-masing pasangan calon menumbuhkan keyakinan masyarakat pemilih mengenai komitmen politik dan program kerja mereka. Juga dalam menepis isu-isu negatif yang hampir pasti menerpa mereka selama hari-hari hingga menjelang hari H pemilu presiden sekarang ini.***

20 Mei 2014