07 Desember 2012

Momentum Reshuffle

Setelah Andi Alifian Mallarangeng mundur dari kabinet, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepatutnya tidak sekadar berpikir menyiapkan figur pengganti untuk pos Kemenpora. Mundurnya Mallarangeng ini seyogyanya dimanfaatkan sebagai momentum untuk membenahi kabinet secara keseluruhan lewat reshuffle menteri-menteri.

Pembenahan kabinet beralasan karena potret pemerintahan sekarang ini sungguh buram. Sebagaimana diungkapkan Presiden sendiri, belum lama ini, kinerja menteri-menteri tidak maksimal. Menteri-menteri cenderung sibuk sendiri-sendiri, sehingga pencapaian target yang tertuang dalam rencana kerja pemerintah menjadi kedodoran. Menteri-menteri terkesan mengabaikan tujuan pokok rencana kerja pemerintah.

Penilaian Presiden itu sejalan dengan hasil evaluasi Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Institusi tersebut menyebutkan bahwa sejumlah menteri beroleh rapor merah alias berkinerja buruk. Koordinasi antarlembaga juga payah, sehingga kabinet tidak menjadi sebuah satuan kerja yang sinergis.

Penilaian Kemenpan dan Reformasi juga sami mawon: kinerja kabinet memble. Itu bisa terjadi karena menteri-menteri secara keseluruhan tidak fokus dan tak berorientasi kepada deskripsi fungsi dan tugas masing-masing.

Kenyataan seperti itu bukan hanya tidak elok, melainkan berbahaya. Kabinet yang tidak perform jelas sulit bisa diharapkan mampu efektif merespons berbagai persoalan yang dihadapi. Terlebih sejumlah persoalan tergolong krusial -- dalam arti harus segera bisa ditangani secara tepat, karena jika tidak niscaya melahirkan ekses serius. Sebut saja persoalan keamanan di Papua, kelangkaan BBM subsidi di sejumlah daerah, tuntutan kenaikan upah buruh di berbagai daerah, dan banyak lagi.

Kabinet tidak perform, antara lain, karena menteri-menteri tidak solid. Menteri-menteri tidak tampil sebagai sebuah tim yang kokoh-padu. Menteri-menteri saling bermanuver, bahkan terkesan saling sikut, sehingga kabinet menjadi tidak harmonis. Kesan itu gamblang tercuatkan ke ruang publik lewat kagaduhan-kegaduhan yang muncul silih berganti.

Kegaduhan-kegaduhan itu, sebut saja, laporan Seskab Dipo Alam ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ihwal kongkalingkong anggaran oleh pejabat kementerian tertentu dan oknum anggota DPR, nyanyian Menneg BUMN Dahlan Islan ihwal pemerasan BUMN oleh oknum anggota DPR -- notabene tidak akurat, sehingga kegaduhan kian menjadi, kisruh KPK versus Polri menyangkut penanganan perkara dugaan korupsi pengadaan simulator mengemudi, kelangkaan BBM subsidi di sejumlah daerah, juga penarikan sejumlah banyak tenaga penyidik Polri dari KPK.

Kabinet yang tidak perform ini jelas merugikan SBY secara politis. Terutama jika terus berlanjut hingga akhir pemerintahan pada tahun 2014, kabinet yang berkinerja memble niscaya membuat SBY dinilai gagal menyejahterakan rakyat. Konsekuensinya, paling tidak, SBY tak bakal dikenang rakyat secara manis.

Karena itu, mundurnya Andi Alifian Mallarangeng dari pos Kemenpora sepatutnya dijadikan momentum untuk perombakan kabinet ini. Presiden jangan sampai menyia-nyiakan momentum tersebut karena menjadi pertaruhan untuk menjulangkan keberhasilan pemerintahan dalam sisa waktu hingga tahun 2014.***

Jakarta, 7 Desember 2012