28 Oktober 2012

Terorisme Tak Kunjung Habis


Untuk kali ke sekian Densus 88 Antiteror Polri berhasil membongkar jaringan teroris. Sabtu lalu, mereka meringkus 11 terduga teroris di empat tempat berbeda: Jakarta, Bogor, Solo, dan Madiun. Konon, mereka kelompok baru yang siap melakukan aksi teror bom dengan target sasaran Konjen AS di Surabaya, Kedubes AS di Jakarta, Plaza 89 di depan Kedubes Australia di Jakarta, dan Markas Komando Brimob di Jateng.

Keberhasilan Densus Antiteror membongkar sekaligus meringkus jaringan teroris itu patut diapresiasi. Keberhasilan tersebut merupakan bukti bahwa Polri, khususnya Densus Antiteror, tidak kecolongan. Mereka awas dan trengginas dalam mengendus terorisme.

Meski begitu, rentetan keberhasilan Densus memberangus jaringan terorisme itu juga menimbulkan rasa heran dan penasaran: kenapa terorisme di Indonesia tak habis-habis? Meski sudah diperangi sejak sekitar sepuluh tahun terakhir, toh terorisme terus saja tumbuh. Kenapa?

Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, keberhasilan Densus Antiteror memberangus jaringan teroris di Jakarta, Bogor, Sulo, dan Madiun pada akhir pekan lalu pun tidak menjadi jaminan bahwa riwayat terorisme di Indonesia sudah benar-benar berakhir. Bukan tidak mungkin, ke depan ini Densus Antiteror kembali membekuk jaringan terorisme -- entah baru ataupun lama. Atau bahkan bukan tidak mungkin pula ke depan ini aksi terorisme meledak lagi dan mengoyak-ngoyak keamanan nasional.

Artinya, meski Densus Antiteror telah berbuat banyak, ancaman terorisme tetap membayangi kita. Bahaya aksi terorisme terus-menerus menghantui hari-hari kita. Sama sekali tak bisa dipastikan bahwa esok atau lusa aksi terorisme tidak meledak lagi di tengah masyarakat.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Densus Antiteror -- patut diakui -- belum berhasil memberantas terorisme di Indonesia hingga benar-benar tuntas. Artinya, operasi mereka selama ini membongkar dan meringkus jaringan terorisme tak sampai menyentuh akarnya, sehingga tunas-tunas baru terorisme tetap saja bertumbuhan.

Tunas-tunas itu sendiri dalam waktu relatif singkat mampu tumbuh menjadi kekuatan yang serius membahayakan keamanan nasional. Jaringan teroris yang akhir pekan lalu diberangus, misalnya, disebut-sebut tak kalah berbahaya dibanding jaringan pendahulu mereka yang sudah diberangus Densus Antitreror. Mereka, antara lain, memiliki kemampuan meracik bom berkekuatan dahsyat.

Jadi, sekali lagi, kenapa terorisme di Indonesia ini tak habis-habis?

Tanpa mengurangi apresiasi terhadap kerja keras Densus Antiteros selama ini -- tak lelah terus mengendus, membongkar, dan memberangus jaringan terorisme -- pertanyaan di atas secara tidak langsung merupakan gugatan terhadap metode atau pendekatan Densus Antiteror sendiri dalam menjalankan tugas.
Boleh jadi, pendekatan itu justru menjadi pupuk yang membuat terorisme tetap berkembang-biak. Metode dan pendekatan yang diterapkan Densus Antiteror selama ini memang berhasil melumpuhkan kelompok-kelompok teroris. Namun ibarat antibiotik dalam dunia farmasi, metode dan pendekatan itu juga sangat mungkin sekaligus menimbulkan resistensi di kalangan tertentu sehingga jaringan terorisme tak kunjung bisa diberantas tuntas sampai ke akarnya.***


Jakarta, 28 Oktober 2012